Bali – a dream came true

image

Sebenarnya ini adalah memori 3 atau 4 pekan yang lalu (empat tahun lalu). Saat itu si pak bos sedang dinas di luar kota dan hanya mengirim pesan singkat yang isinya kira-kira begini:
  “Mba pekan depan siap-siap ke bali ikut training Pol*st**”
Karena terkejut oleh rasa bahagia (tidak perlu dijabarkan lagi ya :D) dan penasaran, aku pun menjawabnya dengan bertanya:
  “Pol*st**? Apa itu pak? Namanya kayak merek lemari :D”
  “Itu alat ukur SGSN, bagus sekali”

Singkat cerita tibalah hari dimana nodin beserta nama peserta training masuk ke email masing-masing peserta. Saat itu saya langsung menghubungi HR di kantor. Namun jawabannya tidak memuaskan lantaran masih harus menunggu hingga training tersebut ter-enrolled di HRIS ku.

Lama kutunggu-tunggu namun hingga magrib menjelang pun belum ada tanda-tanda training tsb nongol di notifikasi harisku. Adminku pun sudah meminta ijin pulang. Lantaran kecewa, kukirim pesan singkat ke HR staff dan bilang bahwa jika memang tidak dienroll, lebih baik saya tidak usah berangkat saja (ngambeq mode on) 😜

Mba HRnya pun bilang, berangkat saja karena namamu sudah ada dalam daftar peserta training. Saking kecewanya saya juga sudah bilang ke pak bos kalo sebaiknya saya tidak usah pergi karena belum ada lampu hijau dari HR. Jujur dalam hati sangat kecewa..Bali boo..Bali..😔

Masih dengan hati kecewa plus mood yang berubah sehingga mengakibatkan konsentrasi berkurang, adminku memberi kabar bahwa ia akan segera pulang. Lengkaplah sudah. Hingga titik itu saya memutuskan untuk tidak berharap lagi.

Beberapa detik sebelum adzan maghrib berkumandang, tiba-tiba ada email masuk. Yess!! Notifikasi dari HRIS!!. Selang beberapa detik kemudian staff HR pun menelpon dan mengabarkan kabar gembira tsb 💃🏼💃🏼💃🏼

Tak lama kemudian admin dept ku pun menelepon ke bagian tiketing untuk meng-issue tiket perjalananku. Sejenak berbicara dengan adminku, tiba-tiba ia panik sendiri karena ternyata ia salah memesankan tiket. Si adminku ternyata memesan tiket ke CGK alias ke Jakarta! Padahal trainingnya di Denpasar..hiksz. Ia bilang karena saya seringnya training/meeting di Jakarta maka ia pun berpikir demikian. Setelah menelpon travel partner kantor, alhamdulillah tiketnya belum issued sehingga masih bisa diganti. Fiuhhh legaaaanyaaa 😅

Hari yang dinantikan pun tiba. Terbang ke Pulau Dewata untuk pertama kalinya dan merasa sangat sangat excited. Semuanya kena jepret 😄. Semua terlihat indah, unik dan fotoable hahah, mungkin karena auranya aura tempat wisata ya? Hihihi

Anyway, trainingnya berlangsung dari senin hingga kamis dan as always, aku adalah peserta paling cantik sendiri ☺️alias perempuan sendiri. Nasiblah ya, kerja di lingkungan enjiniiring yg banyakan kaum adam. Tapi bukan itu masalahnya. Masalahnya adalah karena tinggal di bus sendirian saat peserta yang lain mampir ke tempat pijat Pak Oles, itu semacam membetekan 😑. Hahah begitu mereka naik ke bus, seisi bus langsung bau minyak gosok.

Oleh penyelenggara trainingnya kami diajak jalan ke Kuta, yang lumayan crowded dan orang-orang pada melihat diriku (aneh kali ya, ke pantai tapi pake pakean tertutup dati ujung kaki hingga ke kepala). Kuta itu aneh juga..saat kesana saya merasa seperti bukan berada di Indonesia tapi sedang di luar negeri saking banyaknya bule. Selain ke Kuta kami juga makan malam di tepi pantai Jimbaran yang suasananya romantis meski cukup padat. Selain itu kami juga mampir ke toko oleh-oleh krisna yang sangat populer di Bali tapi lebih populer Joger sih kemana-mana hehehe

Karena ini destinasinya Bali, saya tidak menyianyiakan kesempatan untuk sekalian liburan. Di hari kamis tengah malam sepulang dari Krisna, saya googling rental mobil untuk keliling tempat wisata di Bali. Deg-degan juga sih karena sudah jelang tengah malam dan mau booking untuk esoknya. Alhamdulillah, mungkin karena Bali adalah tujuan wisata populer sehingga saya dapat juga rentalan mobil untuk besok paginya. Jumat paginya, saya pun dijemput bli drivernya. Oh ya, rental mobil di Bali itu cukup mahal dan hitungannya bukan 24jam. Dulu itu sekitar 450rb untuk 10 jam dengan driver. Jadi jam 9 pagi kami meninggalkan hotel dan memulai perjalanan ke tempat nonton sendratari khas Bali. Kemudian siangnya kami bergerak ke arah Pura Besakih/Ulundanu di danau Bedugul. Disini saya makan siang di warung Jawa (penting ya untuk dibilang :D). Sepanjang perjalanan saya ngobrol banyak dengan si bli driver, nanya banyak tentang tradisi dan budaya orang Bali. Sayangnya si bli ini pakai celana pendek sehingga dia tak bisa masuk wilayah pura (takut dianggap tak sopan), dengan demikian dia tak bisa memfoto saya 😦 sehingga saya harus menebalkan muka untuk minta difoto ke beberapa turis lainnya, untungnya mereka baik rela memfoto saya tanpa dibayar 🙂
Jika ada yang berniat solo traveling, saran saya bawalah tongsis/monopod atau tripod bagi yang bawa kamera. Dengan demikian foto yang dihasilkan lebih bagus dan ga melulu selfie yang mempertegas kesan wajah lebar -.-”

Pulang dari Pura Besakih, kami singgah di Joger sebelum melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot. Joger menjadi salah satu tujuan wajib setiap wisatawan di Bali, karena pabrik kata-kata Joger hanya ada di Bali tentunya :). Setelah puas berbelanja, kami pun melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot dan tiba sekitar jam 5.30 hampir sunset, dan disana umat Hindu sedang ada upacara. Sekali lagi saya mesti mencari pertolongan dari turis yang lalu lalang untuk memfoto saya. Berkeliling area Tanah Lot membuat saya sungguh terharu, selain karena agak berjuang juga untuk mencari turis yang mau diminta tolong memfoto, juga karena pemandangannya indah sekali :’). Belum sunset saja sudah indah sekali, pasti lebih indah lagi pas sunset :’).
Karena mobil harus sudah kembali ke Kuta jam 7 malam (10 jam dari jam 9 pagi), maka jam 6 (sebelum sunset 😥 ) kami sudah meninggalkan area Tanah Lot menuju daerah Kuta, penginapan saya.

Sabtu pagi saya keluar penginapan dan mencoba jalan-jalan sendiri di area Kuta. Ke Pasar Seni yang ternyata agak mahal, menyusuri jalan di seputaran Beachwalk, makan Burger King dan berkeliling mencari souvenir pesanan. Di sepanjang jalan, saya merasa seperti orang asing lantaran orang berhijab jarang sekali dan 80% orang yang lalu lalang adalah bule.

Esok harinya sebelum ke bandara janjian ketemu dengan teman kuliah dan ke Joger lagi :), selesai makan dan cuci mata di Joger saya pun diantar ke bandara dan bersiap balik ke Makassar.

Itu ceritaku, mana ceritamu? 🙂

Leave a comment